Kamis, 19 Juni 2008

Golput dan Krisis Demokrasi

xxAncaman Abdurrahman Wahid untuk menyerukan golput jadi perbincangan yang panas di kalangan politisi. Muncul pertanyaan apakah seruan Ketua Dewan Syuro PKB itu akan diikuti oleh masyarakat atau tidak. Namun yang jelas, baik ada seruan atau potensi golput memang sudah tinggi. Data Kompas menunjukkan tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 mencapai 92,74 persen. Pada pemilu legislatif tahun 2004 tingkat partisipasi turun menjadi 84,07 persen. Adapun tingkat partisipasi pada Pemilu Presiden 2004 di putaran I dan putaran II masing- masing sebesar 78,23 persen dan 77,44 persen. (Kompas; 17/06/2008)

Rendahnya partisipasi politik masyarakat juga tercermin dari ‘menang’nya golput di beberapa pilkada seperti di Jawa Barat dan Sumatra Utara. Masyarakat pun semakin hilang kepercayaan kepada partai politik yang ada. Beberapa lembaga survey membuktikan hal itu.

Rendahnya partisipasi politik ini bisa dimengerti. Masyarakat tampaknya kecewa terhadap partai politik dan aktivitas politik lainnya. Menurut Saiful Mujani, Direktur Eksekutif Lembaga Survey Indonesia, Kondisi ini terjadi karena hasil pemilu dan kegiatan politik lainnya dirasakan semakin jauh dari ekspektasi publik. (Kompas; 17/6/2008)

Wajar pula dalam kondisi politik Indonesia membuat banyak pihak mempertanyakan kelayakan sistem demokrasi. Apakah memang sistem yang baik bagi mereka? Kenapa sistem ini tidak mensejahterakan mereka? Klaim demokrasi, suara rakyat adalah suara Tuhan, sepertinya hanya mimpi. Tadinya rakyat berharap banyak dengan dipilihnya presiden secara langsung, kepala negara terpilih akan lebih memihak kepada rakyat. Kenyataannya malah sebaliknya. Kebijakan pemerintah justru lebih pro kepada kelompok bisnis, perusahaan asing, dibanding untuk kepentingan rakyat.

Kenaikan BBM lebih dari 100 % tahun 2005 yang kemudian dinaikkan lagi sekitar 28,7 % tahun ini mencerminkan hal ini. Padahal sudah jelas, kenaikan BBM ini menyebabkan penderitaan masyarakat semakin berat. Mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan yang tidak bisa dilepaskan dari kebijakan privatisasi pemerintah, semakin membuat rakyat kecewa.

Ironisnya, pemerintah lebih memilih tunduk kepada Asing daripada berpihak pada rakyat. Usulan mengambil alih perusahan tambang emas, minyak, batu baru dari swasta dan perusahan asing justru ditolak. Padahal, kalaulah kekayaan alam milik rakyat ini dikelola secara baik oleh pemerintah akan menjadi sumber pendapatan negara yang luar biasa banyak. Katanya butuh dana, tapi blok Cepu yang kaya malah dijual kepada asing.

Usulan untuk menunda pembayaran utang juga ditolak, tanpa alasan yang jelas. Sepertinya pemerintah lebih mementingkan menjaga ‘image‘ sebagai ‘goodboy‘ di depan negara–negara donor kapitalis. Dibanding, menjadi penguasa yang baik untuk rakyatnya.

Partai-partai politik juga tidak jauh beda. Mereka yang dipilih oleh rakyat, logikanya tentu saja harus memihak rakyat. Kenyataannya tidaklah begitu. Justru lewat proses demokrasi, DPR mengeluarkan UU yang lebih berpihak kepada kelompok bisnis bermodal besar terutama penguasa asing. UU Migas, UU Sumber Daya Air, UU Kelistrikan, UU Penanaman Modal, semuanya berpihak pada asing. Dan itu secara resmi dan legal disahkan oleh partai-partai politik di DPR.

Memang ada partai politik yang sepertinya kritis. Tapi lebih sering sekedar retorika atau cuap-cuap politik. Bisa disebut tidak ada yang benar-benar ‘full power‘ melakukan perlawanan terhadap kebijakan pemerintah. Tampak dari mandulnya partai-partai politik membendung kenaikan BBM dan impor beras. Yang diperdebatkan malah masalah-masalah teknis interpelasi atau angket. Belum lagi cacat politik partai kritis, yang di saat memerintah, kebijakannya sama saja, sama-sama neo-liberal. Contohnya aset negara juga dijual dengan murah.

Kemuakan masyarakat terhadap partai politik semakin bertambah-tambah. Rakyat melihat di depan mata mereka, bagaimana para politisi ini lebih disibukkan oleh suap menyuap, uang pelicin, yang istilah kerennya uang gratifikasi. Alih-alih mengurus rakyat, sebagian politisi partai politik malah disibukkan skandal seks yang memalukan. Lagi-lagi logika, wakil rakyat yang dipilih rakyat akan berpihak kepada rakyat runtuh.

Memang sistem demokrasi secara natural akan membentuk negara korporasi. Pilar negara korporasi ini adalah elit politik dan kelompok bisnis. Kelompok bisnis mem-backup politisi dengan dana, maklum saja biaya politik demokrasi memang mahal. Setelah terpilih sang politisi terpaksa balas budi, membuat kebijakan untuk kepentingan kelompok bisnis. Lagi-lagi kepentingan rakyat disingkirkan.

Kembali kepada syariah Islam, jelas merupakan pilihan yang terbaik saat ini. Berdasarkan syariah Islam, Kholifah sebagai kepala negara dipilih oleh rakyat untuk menjalankan syariah Islam. Berdasarkan syariah Islam, negara harus menjamin kesejahteraan masyarakat, menjamin kebutuhan pokok tiap individu masyarakat. Syariah Islam juga mewajibkan Kholifah untuk menjamin pendidikan dan kesehatan rakyatnya secara gratis.

Pemilikan umum (al milkiyah al ‘ammah) yang merupakan milik rakyat akan dikelola dengan baik untuk kepentingan rakyat. Tambang emas, minyak, batu bara, hutan adalah milik umum yang harus dikelola secara baik dan hasilnya diserahkan kepada rakyat. Air dan listrik adalah milik umum, yang tidak boleh diswastanisasi yang berakibat harganya menjadi mahal. Air dan listrik dikelola dengan baik oleh negara untuk dikonsumsi dengan murah oleh rakyat.

Sistem Khilafah akan menerapkan syariah Islam yang rahmatan lil alamin. Syariah merupakan aturan hidup yang bersumber dari Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang kalau diterapkan pastilah akan memberikan kebaikan kepada manusia. Tidak seperti hukum dalam sistem demokrasi yang lebih berpihak kepada segelintir minoritas pemilik modal. (Farid Wadjdi

15 Responses to “Golput dan Krisis Demokrasi”

Amir Zahid Papua Says:

June 18th, 2008 at 18:46

Tingkat ketidakpercayaan kepada para antek penjajah sudah sangat nyata.
Hanya khilafah yg mampu mengembalikan kemuliaan Islam.
Wahai para pejuang Islam lanjutkan terus perjuangan
hanya Allah yg dapat membalas segala perjuangan antum sekalian…

fatchurrohman_magety Says:

June 18th, 2008 at 21:27

Maju tak gentar membela yang bayar………
Lagu wajib bagi mereka yang memperjuangkan kepentingan2 pribadi dan golongan semata.
Manusia2 yang tak yakin akan Nasrulloh akan selalu bimbang dan ragu…..

abu nada wm Says:

June 18th, 2008 at 23:36

gus….
kalau mau GOLPUT alasannya yang syar’i dong…
masak gara2 kalah sama kemenakannya sendiri ngajak2 golput..
kalo gus pur menang kemenakannya ngjak GOLPUT trus gimana..??
repot tho????
Makanya cepat kembali ke syariah & khilafah..
biar hidup berkah dan gak gontok2 an dgn saudaranya sendiri..
gitu aja kok repot…!!!!!!!

fatih Says:

June 19th, 2008 at 07:09

Benar, sistem demokrasi dari kelahirannya juga sudah cacat. Landasan sistem ini juga amat rusak, sekularisme: nggak masuk akal, nggak sesuai fitrah juga….
Misahin agama dari kehidupan, kok bisa? Misahin aturan Allah, padahal Dia itu pencipta kita Yang Mahatahu dan Maha Pengatur.
Lalu alasan apa, kita malah memilih aturan buatan manusian yg nota bene manusia itu lemah dan terbatas…?

faturrahman-galeky Says:

June 19th, 2008 at 07:17

GITU AJA KOK REPOT…GUS…!!!
Kebali aja ke syari’ah dan khilafah…
Di jamin Gus…hidup akan berkah…
Gak akan susah…he..he..
Ayo Gus, tegakkan syari’ah dan khilafah…

R-the Ice Says:

June 19th, 2008 at 09:21

Yes, ga ada keraguan sedikitpun………
Demokrasi menuju kehancurannya, dan
SYARIAH & Khilafah akan segera menggantikannya !
Allahu Akbar !

Abu Jihan Says:

June 19th, 2008 at 09:36

Andai umat islam mau jujur dan ikhlas niscaya akan melihat ‘keburukan’ wajah keluarga Mr. Kapit. bersama anak cucunya, Mr. Liber, Mr. plural, dll. mereka sedang berlindung dan meminta pertolongan pada Mr. Demok, tuk melindungi wajah buruknya yang semakin ‘meradang’. kena tumor ganas kali, .. Namun karena usia sudah tua dan usang Mr. Demok. juga tidak mampu berbuat banyak. akhirnya juga hanya menjadi alat bagi Mr. Kapit bersama kroninya dalam menjelmakan niat busuknya…
Saatnya keburukan wajah dunia akibat ulah Mr. Kapit disembuhkan oleh Mr. Khilafah. Bangkitlah wahai pemuda islam. saatnya kita bangun dari tidur lelap, dunia sedang menanti wajah sang KHILAFAH.

muis Says:

June 19th, 2008 at 11:15
Dengan syariah dan khilafah hidup akan jadi berkah…bukan dengan demokrasi yang dah jelas kebobrokannya ..
so bwt mas Gus Mari Golput dan berjuang bersama Tuk Islam Kaffah

khadijah Says:

June 19th, 2008 at 13:37

wah banyak yg golput nee…
berarti pemilu 2009 sapa yg ikut???
KALO GITU GANTI SISTEM ISLAM, PASTI GAK DA YANG GOLPUT, YA GAK??
GITU AJA KOK REPOT, YA GUS..

pake hanif Says:

June 19th, 2008 at 14:14
apa arti golput kalau hanya jadi beban saja????
coba yang golput adalah orang yang sadar semua!!! kan itu bagus
tapi sekarang yang terjadi adalah….
golput karena gak ngerti apa-apa
.. gak ngerti kenapa milih???
.. gak ngerti apa yang mau dipilih???
.. gak ngerti apa seharusnya yang dipilih???
.. gak ngerti ngikutin siap??
coba….
kalau golput nya adalah
..ngerti bahwa sekarang ikut pemilu justru menyengsarakan diri sendiri!!!
itu baru bagus


suryani gorontalo Says:

June 19th, 2008 at 15:11



YA ALLAH….. SEGERAKAN KHILAFAH HADIR DI MUKA BUMI INI UNTUK MEMBANTU UMAT YANG TERDZALIMI SAAT INI…..

YA ALLAH SISTEM SAAT INI TELAH MEMBUAT DZALIM KEPADA UMAT-MU YA ALLAH KABULKAN DOA KAMI….. MEREKA TIDAK BISA LAGI MEMBEDAKAN MANA YANG BAIK DAN BURUK…… BERIKAN PETUNJUK KEPADA KAMI MANA JALAN YANG TERBAIK UNTUK KAMI. SESUNGGUHNYA HANYA ENGKAU YANG MAHA MENGETEHAUI SEGALA SESUATUNYA….. ALLAHU AKBAR…. ALLAHU AKBAR…. ALLAHU AKBAR…..

nahimunkar Says:

June 19th, 2008 at 17:16

namanya juga mbah dur YA GITU AJA KOK REPOT
itukan jargon nya orang yang memandang remeh segala sesuatu ,urusan termasuk agama..suka ngaco ,ngambekan,semau gue..itu senada dengan jargon dia “GITU AJA KOK REPOT”

Ihsan Boy Says:

June 19th, 2008 at 21:04


golput=golongan putih
sistem pendidikan Indonesia saat ini kan mendoktrinkan bahwa putih berarti suci. so, yg golput masuk surga….

Eyang Kakung Says:

June 20th, 2008 at 01:42

Golput-nya Gus Dur semoga golput yang ikhlas.
Tapi, apa ya ada “keikhlasan” dalam sistem demokrasi?
…Kira saya, jawabannya adalah negasi….

suyoto Says:

June 20th, 2008 at 08:53

Assalamu’alikum wr.wb.
Bagaimana nggak “GOLPUT” bung..? coba mari kita lihat kiprah para politisi kita saling menjatuhkan satu sama lain yang seharusnya saling bahu membahu, kerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan justru kebalikannya saling cakar-cakaran dan memetingkan diri sendiri.
Memang harus ada gerakan yang bener-bener pro dengan rakyat yang bener-bener mau bekerja sama dengan rakyat yang bener-bener mau menyelesaikan masalah bangsa demi kesejahteraan rakyat.

3 komentar:

  1. artikel anda bagus dan menarik, artikel anda:
    http://politik.infogue.com/
    http://politik.infogue.com/golput_dan_krisis_demokrasi

    anda bisa promosikan artikel anda di http://www.infogue.com/ yang akan berguna untuk semua pembaca. Telah tersedia plugin/ widget vote & kirim berita yang ter-integrasi dengan sekali instalasi mudah bagi pengguna. Salam!

    BalasHapus
  2. GOLPUT ADALAH PILIHAN, UNTUK PERBAIKAN NEGARA INI SUARA ADALAH MENENTUKAN JADI JIKA TIDAK MEMBERIKAN SUARANYA BERARTI NAMANYA TETAP MENDUKUNG PADA PARTAI PEMENANG PEMILU, ITU YANG DIHARAPKAN NYA, NEGARA INI MAYORITAS ISLAM TIDAK PERNAH DIMENANGKAN OLEH PARTAI ISLAM.

    - COBALAH DISADARI ITU. "JANGAN GOLPUT"
    - MENANGKAN PARTAI DA'WAH
    - BERFIKIRLAH CERDAS
    - JANGAN TERPROFOKASI

    BalasHapus
  3. assalamu alaikum wr. wb.

    Permisi, saya mau numpang posting (^_^)

    http://ulamasunnah.wordpress.com/2008/06/03/menggugat-demokrasi-daftar-isi/
    http://hizbut-tahrir.or.id/2009/03/24/hukum-pemilu-legislatif-dan-presiden/

    sudah saatnya kita ganti sistem, semoga link di atas bisa menjadi salah satu rujukan...

    Terima kasih atas perhatian dan kerja samanya.
    Mohon maaf kalau ada perkataan yang kurang berkenan. (-_-)

    wassalamu alaikum wr. wb.

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com