Senin, 13 Oktober 2008

Biografi Imam Samudra ( Aku Melawan Teroris )

Download bukunya di akhir Tulisan.
Intifadhah Palestina dan jihad Afghanistan membuat diriku benar-benar geram dan gundah. Aku ingin segera selesai sekolah dan mencari kerja untuk mendapatkan ongkos ke Afghanistan. Tapi ya bagaimana, untuk beli perangko kartu lebaran dan buku diary untuk kukirim ke Ketua OSIS-ku saja, aku harus menjebol tabunganku hasil beasiswa dari Depdikbud waktu itu. Ketua OSIS-ku waktu itu, kini menjadi Perdana Menteri di kerajaan tentara dan mata air di surga (nama putraku berarti Tentara Allah, dan nama putriku berarti mata air di surga). Dan yang menjadi Kaisar atau Rajanya adalah Imam Samudra.

Alhamdulillah, Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Tiga tahun kemudian doaku terkabul. Tahun 1990, aku lulus MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Cikulur, Serang. Di sebuah masjid Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, tepatnya masjid Al Furqan, jalan Kramat Raya 45, Jakarta, aku mendengarkan ceramah dari seorang da’i yang kurang aku kenal namanya. Saat itu juga aku berjumpa dengan seseorang bernama Jabir (syahid dalam peristiwa bom Antapani Bandung). Dengan bahasa Indo-Sunda, kami berkenalan. Kemudian entah bagaimana ceritanya, pembicaraan saat sampai pada topik jihad. Kuceritakan buku-buku jihad yang pernah kubaca, ia nampak interes dan antusias.

Setelah dia (agak) mengorek latar belakangku, seingatku waktu itu, dia berkata, “Tahun ini ada pemberangkatan, mau ikut nggak?” Untuk memperkuat dugaanku lalu kutanya, “Maksudnya ke Afghanistan?” Dia hanya menjawab, “Dik, udah dech, cepetan cari ongkos sekitar Rp 300 ribu. Insya Allah kalau antum ikhlas, Allah akan memudahkan urusan antum.”

Ciaoooo!!! Segera aku pamit dan kembali ke rumah. Ada sedikit sisa tabungan hasil kirim artikel berita ke Panji Masyarakat ditambah pemberian ibunda tercinta. Aku tak terlalu enak meminta uang dari ibuku, tapi apa boleh buat, setelah aku nyatakan bahwa aku akan ke luar negeri, beliau memberikan uang yang aku perlukan. Uang itu hasil usaha menjual jilbab dan busana muslimah yang kadang-kadang kubantu mencarikan bahan-bahannya di Tanah Abang, Jakarta.

Jumpa lagi sekitar tiga hari berikutnya dengan Kang Jabir. Setelah mendapatkan paspor Jakarta dalam minggu yang sama, kami ke Dumai dan bermalam sehari. Keesokan harinya, perjalanan dilanjutkan ke Malaka, Malaysia. Pada waktu itu rute Dumai-Malaka terkenal sebagai jalur TKI. Tidak sedikit mereka yang ditolak oleh imigrasi Malaysia, sekalipun mereka melengkapi dengan dokumen resmi dan uang tunjuk (uang jaminan selama tinggal di Malaysia).

Karena barangkali aku tidak memiliki tampang TKI, Alhamdulillah, dengan mudah dapat melewati antrian ratusan ‘turis’ Indonesia yang akan ke Malaysia. Tinggal sehari lebih sedikit di Malaysia. Keesokan sorenya kami menuju bandara Subang-Jaya, Selangor Darul-Ehsan. Begitu pesawat MAS (Malaysian Air System) take off, aku baru merasakan benar-benar berat meninggalkan tanah air. Ada perasaan ‘lain’ terhadap mantan Ketua OSIS SMPN-4 angkatan 84/85 Serang. Ok! Lupakan itu. Aku segera teringat ayat ini:

Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya dan Allah tidak memberi petunjuk (hidayah) kepada orang-orang fasiq.”
(At-Taubah : 24).

***

Di atas udara dalam pesawat, para kernet udara (stewardest) menawarkan free post card, amplop dan sejilid kecil kertas surat berlogo Malaysian Air System. Sambil mengisi waktu 8 jam flight KL-KHI (Kuala Lumpur-Karachi), kutulis sekeping post card kepada satu-satunya wanita –selain ibu dan saudariku– yang pernah singgah dan akhirnya menetap dalam kehidupanku. Wanita itu adalah mantan Ketua OSIS yang pada saat itu juga baru lulus SMA. Kalau tak salah post card itu ditulisi dengan terjemahan surat Al-Baqarah ayat 214:

Apakah kamu menyangka bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang padamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam goncangan/cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.


Alhamdulillah, dengan takdir Allah, paid stamp post card itu akhirnya sampai juga ke tangan Sang Mantan Ketua OSIS, yang kuketahui beberapa saat menjelang pernikahan kami, 1995.

Setelah transit dua jam di Bombay, India, MAS yang kami tumpangi selamat landas di Karachi. Sehari semalam, kami bermalam di maehmon khana (ruang tamu) sebuah masjid Karachi. Perjalanan dilanjutkan ke Peshawar pada awal pagi. Sampai saat ini aku tak tahu apa nama daerah itu, sebuah rumah gaya Paki-Afghan yang sangat sesuai dengan syariat Islam.

Tinggal sehari di situ. Ba’da shubuh esok harinya, perjalanan ke negeri impian para lelaki dilanjutkan. Melewati gunung-gunung yang indah, menumpang bus dengan penumpang sebagian besarnya berbahasa ‘planet’ yang tidak pernah kukenal sama sekali. Sepanjang perjalanan aku yang mengenakan pakaian Afghanis dan menutup seluruh wajahku kecuali mata dengan menggunakan ridah (selimut tipis), tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sekali bicara, orang akan tahu siapa aku. Perjalanan sepenuhnya dipimpin oleh Syahid Jabir dan dua orang Arab yang sampai saat ini tak kukenal darimana dan siapa namanya.

Menjelang Ashar, dengan berjalan kaki dari perbatasan Pakistan-Afghanistan selama hampir 4 jam, sampailah kami di sebuah camp sederhana yang terkenal dengan sebutan, Muaskar Khilafah. Di situ aku memulai kehidupan yang sama sekali baru dan sangat baru. Kehidupan yang betul-betul bersih sekalipun tidak disebut ‘steril’ 100 persen.

***

Sungguh,
satu babak kehidupan baru yang amat membahagiakan.
‘Musik’ kami adalah rentetan peluru, ledakan mortar,
dan dentuman zigoyak dan da-scha-ka- (anti air craft gun).
‘Nyanyian’ kami adalah nasyid-nasyid (sejenis achapella)
pembangkit semangat jihad.
‘Senandung’ kami adalah lantunan ayat-ayat Al-Qur’an
yang tak pernah berhenti selama 24 jam saling bergiliran.
Tiada suara wanita, tiada tangis anak kecil,
apalagi musik-musik jahiliyah, panggilan setan.


Flat ground yang dikelilingi gunung di empat penjuru itu benar-benar menentramkan hati, benar-benar ‘surga’ bagi para perindu surga kekal di akhirat. Tidak ada seorang pun yang berani datang ke tempat itu kecuali ia benar-benar siap menggadaikan nyawanya di jalan Allah. Tidak ada seorang pun bertahan lama di situ kecuali jika ia telah siap bertarung melawan kaum kafir, baik komunis asli Uni Soviet ataupun komunis northern sebangsa Dustum –yang kini berkoalisi dengan Si Karzai di bawah ketiak Amerika dan para pengecut sekutunya.

Mereka yang datang ke tempat ‘aneh’ seperti itu hanyalah mereka yang siap membunuh atau dibunuh kafir, siap berjihad demi menegakkan kalimat Allah. Dan kesiapan mental seperti itu, hanya akan terwujud dengan rahmat dan takdir Allah. Alhamdulillah.

Khost, nama tempat itu. Daun-daun zaitun masih kekal bertahan. Daun-daun caparkat dan cactus Afghan telah luruh, tinggallah duri-duri dan kayunya yang kelak dibakar untuk kayu penghangat dan pemasak. Anor (delima) tak lagi berbuah, runtuh sudah daun-daunnya. Saghol (serigala) melolong di tengah malam. Selapis jaket mesti dikenakan. Begitulah keadaannya saat pertama kali aku tiba. Ya, saat itu musim gugur telah tiba.

Purnama kelima dari saat awal aku tiba telah menjelma. Musim gugur hilang sudah. Datanglah penggantinya. Afghanistan menggigil. Satu ketika sepulang belajar, saat aku berbaring di dekat room heater, suara keras bertubu-tubi menimpa atap tendaku, persis seperti bunyi lemparan benda keras. Saudara-saudara Afghan berteriak, “Baraan…, baraan…” Segera Aku longokkan kepalaku keluar tenda. Dan… pletak! Sebongkah benda menjitak kepalaku. Subhanallah.., bongkahan itu ternyata benda keras yang terbuat dari air yang membeku sebesar biji nangka. Dingin rasanya. Jernih warnanya. Es, nama benda itu... Kemudian baru kutahu kalau baraan itu artinya hujan.

Tiga hari kemudian sekitar jam enam pagi kudengar lagi teriakan saudara Afghan, “Baraaf..., baraaf...” Penasaran kujengukkan kepala keluar tenda. Subhanallah…, Salju..., salju...! Saat itu aku benar-benar menjadi ‘anak kecil’. Jika dulu aku suka hujan-hujanan di kampung halaman, maka saat itu aku salju-saljuan. Segera aku melompat keluar tenda menyambut kapas demi kapas salju yang terjun dari pintu-pintu langit. Saudara-saudara Afghan dan Arab hanya cengar-cengir dan cengengesan melihat polahku, tapi aku tak peduli. Ya, di negeriku tidak ada salju. Yang ada hanyalah hujan air, dan setelah itu lahirlah banjir.

Menjelang delapan pagi, saat akan memulai rutinitas, gunung-gunung di sekitar kami telah berselimut salju. Puncaknya begitu indah, hampir sama dengan gambar iklan Hazeline Snow. Di sekeliling kami tanah yang dulu berwarna coklat kini memutih, begitu juga pepohonan dan bebatuan. Kata penghuni lama di camp itu, suhu udara mencapai -7 °C (minus tujuh derajat celcius), jauh di bawah titik beku. Aku sendiri tak pernah mengukur. Yang jelas, orang sekurus aku mengenakan sekitar 5 lapis pakaian, dan kadang-kadang 6 lapis jika ditambah jaket wool ala Eropa.

Khost bukanlah kampus biasa. Bukan kampus orang-orang Eropa atau Amerika yang mengisi kehidupan mereka dengan segala kemaksiatan dan kemewahan dunia. Jika mereka kuliah, hanyalah demi kepentingan dunia semata. Khost adalah sekeping tanah di bentangan-bentangan bumi. Sewaktu-waktu, kapan saja, musuh bisa menyerang, menghantar mortar, memuntahkan peluru, lalu terjadilah pertempuran seru. Ajal memang di tangan Allah. Tapi di Khost dan front-front jihad lain di Afghanistan kematian terasa begitu dekat. Musuh ada di segala arah. Maut sewaktu-waktu akan menjemput.

***

Siaga tetap siaga. Waspada tetap waspada. Tetapi ‘indah’ adalah ‘indah’. Main salju bagiku terlalu indah, subhanallah. Umurku saat itu baru menjelang dua puluh. Masih ada tersisa rona-rona jahiliyah. Masih ada guratan-guratan kenangan lama. Tanggal dan harinya lupa sudah. Tetapi yang jelas di malam hari, langit begitu cerah, gemintang begitu indah menantang. Cassiopia, jalinan bintang berbentuk ‘W’ kubidik sebagai sasaran.

Nah…, tiba-tiba ingatanku jauh ‘terlempar’ ke alam ‘sana’, ke sebuah benua bernama Asia, terus terlempar ke Asia Tenggara, dan terus ke sebuah negara dengan ibukota bernama Jakarta. Di sebelah baratnya ada kota bernama Kalideres, diteruskan lagi ke arah barat. Satu jam kemudian kan tiba di terminal yang disebut Ciceri. Berjalan saja ke utara yang sekitar 1000 meter. Maka tibalah di sebuah tempat bernama Cinanggung. Ada sebuah rumah, Blok F 140.... Duh, ternyata di situlah rumah seorang wanita yang tempo hari kukirim postcard.

Astaghfirullah! Segera kusebut asma-Nya, ada apa ini? Segera kuambil teko kecil berisi air hangat, lalu aku berwudlu, shalat dua rakaat, berbaring. Malam begitu panjang, mata sukar terpejam. Seperti telah kubilang, ‘indah’ adalah tetap ‘indah’, ingin aku berbagi cerita, tapi dengan siapa? Dengan saghol-saghol, dengan atap tenda, atau dengan siapa? Ternyata tidak ada. Ya sudah ‘telan sendiri’ saja. Refleks goresan jahiliyahku kembali timbul. Running text, penggalan syair Ebiet G. Ade pun berkelebat, katanya:

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan...
Sayang kau tak duduk di sampingku kawan...


Laa ilaha illallah. Astaghfirullahal ‘Azhiim... kembali kusebut asma-asma-Nya.

***

Casio F-44-w di tanganku menunjukkan angka 4 lebih sedikit. The seven brother, rangkaian rasi yang terdiri dari 7 bintang telah mengambil posisinya. Waktu sahur telah tiba, ikhwan-ikhwan yang lain segera kubangunkan. Beberapa potong daging, sedulang nasi minyak Afghanis, 4 sobek roti nan dan sambal kentang yang telah kuhangatkan segera kusajikan. Malam itu memang giliranku sebagai penyaji sahur. Dalam suasana ukhuwah, dengan penuh kesyukuran kami santap rezeki Allah itu. Sedangkan udara di luar sana kian menggigit. Pagi semakin dingin.

Jumat pagi, sinar akhtab (matahari) cukup hangat. Ada sedikit aktivitas yang kami jalankan demi menjaga stabilitas iman dan stamina jasad. Demi maintenance niat-niat suci mencari syahid, menghimpun ridha Allah dan syurga-Nya. Hari itu, dalam salah satu even, Allah mengujiku dengan sedikit luka yang menimpa sebagian lengan dan kakiku. Aku diam, diriku dan Allah yang tahu. Aku berharap semoga hal ini kelak akan menjadi saksi di hari akhirat.

Tetapi setelah itu, lagi-lagi sisa-sisa jahiliyahku mencuat, lalu mengalirlah di batinku,

Mungkinkah kau masih mengharapkanku...
Kini tubuhku penuh dengan luka...


Potongan syair dari lagu Tommy J. Pisa yang sempat ngetop di masa aku eS-eM-Pe. Aku seolah-olah berbicara dengan sang mantan Ketua OSIS-ku itu. Suatu hal yang semestinya sangat tidak pantas dialami oleh lelaki yang sedang mengejar bidadari sejati di alam surga nanti. Yang sedang mengejar ridha Allah dan surga-Nya.

Sungguh aku tak mengerti mengapa hal seperti itu mesti terjadi dan kualami. Tidak ada faktor pendukung secara lahir, baik dari personal, aktivitas lingkungan, yang dapat memancing kenangan itu hadir kembali. Pada sorenya, segera kuingat pesan Umar bin Khattab, “Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu dihisab di akhirat kelak...”

Ya, kini aku harus menghitung diri, instrospeksi atas segala apa yang terjadi dan kualami. Aku sangat mengerti bahwa mengingat wanita yang bukan mahram adalah termasuk zina hati. Mengenang masa lalu dengan mantan Ketua OSIS adalah juga termasuk dosa-dosa kecil yang akan mengotori hati. Tetap dosakah jika semua nostalgia itu datang secara surprise, tak dipaksa? Adakalanya kenangan itu tiba-tiba hadir saat mataku tertumbuk huruf Z, atau melihat kacamata. Kenapa? Ebiet G. Ade pasti tahu jawabannya…

Teori umum mengatakan bahwa kenangan atau lamunan, biasanya timbul saat kita tidak memiliki kesibukan atau ketika waktu senggang. Tetapi aku tidak, justru kenangan itu timbul di saat-saat aku sibuk, di saat tanganku menyandang kalashinkov, di tengah gelegar mortar, di tengah hujan peluru dan bau mesiu. Saat menghisab diri yang entah untuk kesekian kali, hampir selalu tak ketemu jawaban. Mengadu pada teman sebaya, atau konsultasi pada senior? No! aku bukan tipe seperti itu. “Solve Yourself Problem !” Itu mottoku. Hanya Allah, hanya Allah, dan hanya Allah yang Maha Tahu. Dialah tempat mengadu.

Akhirnya... Di musim salju tahun kedua, kujumpa jawabannya. Gerangan apa? “SEBAB AKU ADALAH MANUSIA.”

Rabbi...
Telah aku berdoa pada-Mu
Dalam hampir tiap-tiap waktuku.
Aku berkata pada-Mu
Cabutlah segala rinduku, kecuali kerinduan pada-Mu

Dalam simpuh dan sujudku
Selalu aku mengadu
Jangan gugurkan pahalaku
Hanya karena secuil rindu yang mengganggu

Robbie...
Jika Kau takdirkan peluru menembus ulu hatiku
Dan lalu aku menjumpai-Mu
Terimalah ke-syahidanku
Telah aku bertaubat, atas segala kenangan yang kuingat.

Ini ada peluru, ini ada mesiu
Aku rindu Ayah Bunda, aku rindu Si Dia,
Tetapi aku lebih rindu pada-Mu

Saat musim salju tiba
Maka rindu pun menjelma
La hawla wala quwwata illa billah...

DOWNLOAD BUKU AKU MELAWAN TERORIS

32 komentar:

  1. ak dah baca bukunya,
    Subhanallah...

    BalasHapus
  2. bagaimana tanggapan anda tentang AKU "MELAWAN TERORIS" sebuah kedustaan atas nama ulama ahlussuna di

    http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=246


    ============


    COKIE :

    silahkan baca http://cokiehti.wordpress.com/2008/10/13/bom-bali-kesesatan-imam-samudra/
    Bali bukan wilayah konflik/perang , dan perlu dibedakan antar jihad opensif dan jihad defensif
    baca juga :
    http://cokiehti.wordpress.com/2008/03/18/apakah-jihad-harus-menunggu-khilafah-tegak/
    http://cokiehti.wordpress.com/2008/02/06/bom-jihad-bukan-bom-bunuh-diri/

    BalasHapus
  3. nice posting ... salam kenal dari bandung

    ========



    COKIE :

    Salam kenal juga mas,...
    tengkyu dah mampir dan ninggalin jejak

    BalasHapus
  4. assalamu'alaikum..salam kenal

    BalasHapus
  5. tidak ada kemulian tanpa jihad, hidup mulia dibawah bayangan pedang,
    hidup mulia atau mati syahid

    BalasHapus
  6. kalangan MURJI”AH kontemporer berkedok “salafiyyun” selalu cap mujahidin sebagai khawarij. emangnya mujahid2 itu menentang pemerintahan a la pemerintahannya ali r.a. yang menegakkan hukum2 islam!!? silahkan antum temukan, dapatkan, arsipkan, dan keep-in mind, artikel2/bahasan2 yg bantah syubhat lontaran kalangan irja’i semacam itu. murji’ah berbaju salafy adalah penjilat penguasa2 thaghut! LAA IZZATA ILLA BI-L-JIHAD: BI-L-QITAL fii SABILILLAH! Allahu akbar!!!

    BalasHapus
  7. elakukan jihad. sekalipun tentu saja tetap diperlukan seorang yang bertindak sebagai pemegang komando atau pemimpin pertempuran.
    Sedangkan jihad ofensif menuntut amal jama’iy, yaitu dilakukan dengan terlebih dulu ada pdari kepala negara. Umat Islam tidak dibenarkan bertindak secara individual. Dalam keadaan seperti ini, Khalifah, atau Amirul Mukminin akan terlebih dulu mengambil keputusan, tentang kepada siapa jihad ofensif akan dilakukan. Juga, menyangkut seorang yang ditunjuk sebagai panglimanya yang bertanggung jawab untuk mengatur seluruh operasi pertempuran.


    mana dalilnya..jika ente mengangap seperti itu \.. banyak ayat quran yang gugur


    =====



    COKIE :

    Sebelum Negara Islam Madinah tegak, Pernahkah Rasulullah berperang??
    Kalau ada perang apa namanya

    BalasHapus
  8. Memang benar bahwa urusan jihad sebagai salah satu urusan dien menjadi tanggung jawab kholifah. Sebagaimana penegakkan hudud, sholat, zakat dan seluruh urusan dien lainnya, kholifahlah yang paling bertanggung jawab. Karena itu seluruh ulama Ahlu sunah wal jama’ah, seluruh ulama Khowarij, seluruh ulama Murji’ah dan seluruh ulama Mu’tazilah bersepakat bahwa umat Islam wajib hukumnya menegakkan kekhilafahan dan mengangkat seorang kholifah.
    Kholifahlah yang mengirim pasukan jihad minimal sekali setiap tahunnya untuk melebarkan dakwah melalui jihad ke negara-negara kafir. Kholifah juga mengadakan mobilisasi umum jika kondisi menuntut dan kholifah juga mengangkat komandan-komandan jihad, berdasar beberapa hadits antara lain :
    Dari Buraidah radhiyallahu 'Anhu ia berkata," Rasulullah bila mengangkat seorang amir pasukan dan ekspedisi selalu memberi wasiyat khusus baginya dengan taqwa kepada Allah 'Azza Wa Jalla dan kepada kaum muslimin lainnya untuk berbuat kebajikan. Lalu beliau bersabda,"Berperanglah dengan nama Allah, berperanglah fi sabilillah…!"

    BalasHapus
  9. Salam
    Subhanalloh duh...kok jadi ngerasa gimnaaaaaa ya..hmm haru..

    BalasHapus
  10. imam samudra... subhanallah, salut.., luar biasa mudah2an ibu2 indonesia bisa melahirkan ribuan bahkan jutaan imam samudra-samudra baru yang siap menjadi debu yang menghancurkan kaum kaffir..

    BalasHapus
  11. Islam tidak menyuruh membunuh orang Kafir, tetapi membunuh sifat kekafiran yang ada di diri kita, supaya kita selamat (Aslam). Ibadah dengan niat untuk mencari surga itu kurang bagus, karena alam surga kita tidak tahu bagaimana bentuknya, ketika kita didalam rahim juga engga tahu alam dunia bagaimana, begitupun alam surga kita tak pernah tahu bagaimana bentuknya, itu merupakan sebuah rahasia Allah, Niat ibadah yang bagus adalah mencari Ridho Allah, semata-mata hanya Allah, siapa Allah? yang menghidupkan kita, yang memberi kita makan, tat kala kita lapar, yang memberi kita minum tatkala kita haus, yang memberi kita pakaian, karena kita sebenarnya telanjang, yang memberi kita tempat berteguh karena kita ini tak punya apa-apa. Hanya ridho Allah semata yang kita cari

    BalasHapus
  12. Tolong info dimana saya bisa full download buku AMT tsb?

    BalasHapus
  13. Sholahuddin al-Ayyubi17 Agustus 2009 pukul 08.39

    Wahai wali-wali Alloh..
    Antum sekalian sedang bertugas di muka bumi..
    Laa khoufun 'alaihim wa laa hum yahzanun..

    Antum adalah kekasih-kekasih Alloh..
    Siapapun yang memusuhi kalian berarti telah menabuh genderang perang terhadap Alloh..

    Antum berdinas di dalam Kerajaan Alloh..
    Antum adalah serdadu-serdadu Alloh..
    Antum adalah petugas-petugas Alloh..
    Antum adalah hamba-hamba Alloh..

    Bertugaslah dengan baik..
    Ikutilah al-Aimmah kalian, jangan bercerai-berai..
    Semoga antum setelah pensiun dari tugas di muka bumi mendapat ganjaran istimewa dan tergolong orang-orang istimewa di sisi-Nya..
    Amin..

    BalasHapus
  14. Asslamu alaikum
    salam kenal
    klw menurut saya ...
    kalau ada saudara kita yang niat berjihad dijalan Allah guna melaksanakan seruan jihad oleh Allah taffadal karena itu ada landasan syar'inya tapi jihadnya ditempat perang atau wilayah konflik yang dimana saudara2 kita butuh bantuan kita ...tapi kalau ada yang memilih da'wah dengan cara dengan kekerasan ya silahkan karena ada dasar syar'iynya...jadi kedua2 pilihannya benar...wallahu alam
    mudah2han kita tidak dicerai berai oleh musuh2 kita
    salam perjuangan syari'ah dan penegakkan...

    BalasHapus
  15. jihadlah sekuatmu
    hingga titik darah penghabisan
    jihadlah sekuatmu
    hingga tak tersisa lagi
    musush musush Alloh

    Jihadlah sekuatmu
    disana...
    jangan di Indonesia...

    BalasHapus
  16. BUKAN JIHAD ITU MAH KALO BAM BUM DI INDONESIA ...
    ITU PEMBUNUHAN !!!!

    BalasHapus
  17. ku salut dngan imam samudra....
    karena dia rela berkorban demi agama .
    teruskan lah perjuangan wahai teman2 imam samudra dan kawan kawan........
    allahhuakbar....

    BalasHapus
  18. hidup mulia atau mati syahid itu benar.

    BalasHapus
  19. Bagi perindu2 syahid yg berperang dijalan Allah, teruskanlah perjuanganmu, semoga Allah ridho atas kalian dan memudahkan jalan kalian.
    Bagi saudara2 yang ingin terus menjilat thoghut, dan takut berperang, mencintai anak dan harta kalian, duduklah dgn rapi, jangan teriak2 atau menjadi penggembos, jangan hasut yang lain dengan ketakutanmu itu...ok

    BalasHapus
  20. jihad harus ditegakkan................
    allaaaaaaaaahhhuakbaaaaaaaaaaaarrrrrrrrr........

    BalasHapus
  21. waspada terhadap mrk yg sering mencela mujahidin !!!!

    stiap orng2 yg berjuang djalan alloh pasti punya musuh,,,misal toghut negri ni,,,jadi aeh bila ada pejuang yg dicintai para toghut !!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  22. muslim harus bisa menjaga diri sendiri !!!!
    jd meski tanpa khilafah pun,,,,qt bs berjihad !!!!!!!!!!!!!

    BalasHapus
  23. AMANAT MUJAHID:
    Assalamu'alaikum wr.wb.
    Saudara-saudaraku sekalian, tetaplah berjihad di jalan Allah, selama hayat masih dikandung badan. Berjihadlah DI JALAN ALLAH (FI SABILILLAH), bukan di jalan THOGUT, karena apabila seseorang sedang dalam keadaan berjihad fi sabilillah lalu dia menemui ajalnya,
    maka oleh Allah dia ditempatkan di sisiNYA dengan diberi rizki yang melimpah.
    Sedangkan orang2 yang berjihad di jalan thogut lalu dia menemui ajalnya, maka dia dimasukkan kedalam kubur dan bergumul dengan siksa kubur karena kemusyrikannya terhadap Allah, dan setelah datangnya Hari Kiamat orang itu dimasukkan ke dalam Neraka Jahanam bersama para Thogut-nya. Mereka kekal di dalamnya.

    "Dan org2 yg berjihad utk (mencari keridhoan) Kami, benar2 akan Kami tunjukkan pd mereka jln2 Kami. Dan sesungguhnya Allah benar2 beserta org2 yg berbuat baik" (QS. Al-Ankabut: 69)

    BalasHapus
  24. THOGUT,USA,IZRAEL,HUKUMNYA WAJIB KITA BUNUH,DARAHNYA HALAL UNTUK KAUM MUSLIMIN...JIHAD HARUS TETAP KITA TEGAKAN!INDONESIA JUGA TEMPAT JIHAD FI SABILILLAH.DIMANAPUN!ALLAHUAKBAR...YA SAYYIDINA MUHAMMAD...

    BalasHapus
  25. assalamu'alaikum. gmn cara ngedapatin buku aslinyanya atau ebookknya? sy dah baca via ebook yg sy download, tp ndak lengkap..apa ada yang punya ebook lenkapnya ? kalau adasilahkan kirim dimail saya.. mail: dunia_itukecil@yahoo.com atau di againt_demokrasi@yahoo.com. thanks a lot.
    wassalam

    BalasHapus
  26. Yuk..jihad.di mulai dari diri kita sendiri,krn dlm diri kita juga ada musuh yaitu hawa nafsu,menyebarkan ilmu dan memerangi kebodohan juga jihad.Berjihadlah dgn ilmu jgn dgn hawa nafsu.

    BalasHapus
  27. yang dutulis "AKU MELAWAN TERORIS".. yang dilakukan "AKU MEMBUNUH ORANG2 YANG SEDANG TIDUR DI HOTEL".. yg ditulis dg yg dilakukan ga nyambung..

    http://kisah-selingkuh.blogspot.com/2013/01/adik-kandung-imam-samudra-selingkuhi.html

    BalasHapus
  28. sudahlah saudara2ku semua sesama muslim jangan bertengkar!! berjalanlah dengan keyakinan dan pendapat masing2 biar Allah SAW nanti yang menilai benar atau salah

    BalasHapus
  29. Murji'ah berbaju Salafi sering mencela para Muwahiddin dan para Mujahidin Tapi nggak pernah mencelah para penguasa Thogut yang membuang Hukum Syari'at Islam.Dan lebih senang dgn Hukum buatan Manusia. Tolong deh antum dalami Surat Al-Maidah ayat 44.

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com