Senin, 11 Februari 2008

Sejarah Palestina

Umar RA Memasuki Palestina (637 M)

•Karen Armstrong menggambarkan penaklukan Yerusalem oleh Umar dalam bukunya Holy War:

Khalifah Umar memasuki Yerusalem dengan mengendarai seekor unta putih, dikawal oleh pemuka kota tersebut, Uskup Yunani Sofronius.

•Sang Khalifah minta agar ia dibawa segera ke Haram asy-Syarif, dan di sana ia berlutut berdoa di tempat temannya Muhammad melakukan perjalanan malamnya.

•Sang uskup melihatnya dengan ketakutan: ini, ia pikir, pastilah akan menjadi penaklukan penuh kengerian yang pernah diramalkan oleh Nabi Daniel akan memasuki rumah ibadat tersebut; Ia pastilah sang Anti Kristus yang akan menandai Hari Kiamat.

•Kemudian Umar minta melihat tempat-tempat suci Nasrani, dan ketika ia berada di Gereja Holy Sepulchre, waktu sholat umat Islam pun tiba. Dengan sopan sang uskup menyilakannya sholat di tempat ia berada, tapi Umar dengan sopan pula menolak …
Jika ia berdoa dalam gereja, jelasnya, umat Islam akan mengenang kejadian ini dengan mendirikan sebuah mesjid di sana, dan ini berarti mereka akan memusnahkan Holy Sepulchre. Justru Umar pergi sholat di tempat yang sedikit jauh dari gereja tersebut, dan cukup tepat (perkiraannya), di tempat yang langsung berhadapan dengan Holy Sepulchre masih ada sebuah mesjid kecil yang dipersembahkan untuk Khalifah Umar.

•Mesjid besar Umar lainnya didirikan di Haram asy-Syarif untuk menandai penaklukan oleh umat Islam, bersama dengan mesjid al-Aqsa yang mengenang perjalanan malam Muhammad.
Selama bertahun-tahun umat Nasrani menggunakan tempat reruntuhan biara Yahudi ini sebagai tempat pembuangan sampah kota. Sang khalifah membantu umat Islam membersihkan sampah ini dengan tangannya sendiri dan di sana umat Islam membangun tempat sucinya sendiri untuk membangun Islam di kota suci ketiga bagi dunia Islam.

Tentara Salibis memasuki Al-Quds
•Ketika orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Islam hidup bersama dalam kedamaian, sang Paus memutuskan untuk membangun sebuah kekuatan perang Salib.

•Mengikuti ajakan Paus Urbanius II pada 27 November 1095 di Dewan Clermont, lebih dari 100.000 orang Eropa bergerak ke Palestina untuk “memerdekakan” tanah suci dari orang Islam dan mencari kekayaan yang besar di Timur.

•Setelah perjalanan panjang dan melelahkan, dan banyak perampasan dan pembantaian di sepanjang perjalanannya, mereka mencapai Yerusalem pada tahun 1099. Kota ini jatuh setelah pengepungan hampir 5 minggu.

•Ketika Tentara Perang Salib masuk ke dalam, mereka melakukan pembantaian yang sadis. Seluruh orang-orang Islam dan Yahudi dibasmi dengan pedang.

•Beberapa orang lelaki kami (dan ini lebih mengasihi sifatnya) memenggal kepala-kepala musuh-musuh mereka; lainnya menembaki mereka dengan panah-panah, sehingga mereka berjatuhan dari menara-menara; lainnya menyiksa mereka lebih lama dengan memasukkan mereka ke dalam nyala api.
Tumpukan kepala, tangan, dan kaki akan terlihat di jalan-jalan kota. Perlu berjalan di atas mayat-mayat manusia dan kuda. Tapi ini hanya masalah kecil jika dibandingkan dengan apa yang terjadi pada Biara Sulaiman, tempat di mana ibadah keagamaan kini dinyanyikan kembali… di biara dan serambi Sulaiman, para pria berdarah-darah disuruh berlutut dan dibelenggu lehernya

•Dalam dua hari, tentara Perang Salib membunuh sekitar 40.000 orang Islam dengan cara tak berperikemanusiaan seperti yang telah digambarkan. Perdamaian dan ketertiban di Palestina, yang telah berlangsung semenjak Umar, berakhir dengan pembantaian yang mengerikan.

Salahudin Al-Ayubi Membebaskan Al-Quds
•Salahuddin mengumpulkan seluruh kerajaan Islam di bawah benderanya dalam dalam pertempuran Hattin pada tahun 1187. Setelah pertempuran ini, dua pemimpin tentara Perang Salib, Reynald dari Chatillon dan Raja Guy, dibawa ke hadapan Salahuddin. Beliau menghukum mati Reynald dari Chatillon, yang telah begitu keji karena kekejamannya yang hebat yang ia lakukan kepada orang-orang Islam, namun membiarkan Raja Guy pergi, karena ia tidak melakukan kekejaman yang serupa. Palestina sekali lagi menyaksikan arti keadilan yang sebenarnya.

•Tiga bulan setelah pertempuran Hattin, dan pada hari yang tepat sama ketika Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Mekah ke Yerusalem untuk perjalanan mi’raj-nya ke langit, Salahuddin memasuki Yerusalem dan membebaskannya dari 88 tahun pendudukan tentara Perang Salib.

•Salahuddin tidak menyentuh seorang Nasrani pun di kota tersebut, sehingga menyingkirkan rasa takut mereka bahwa mereka semua akan dibantai. Ia hanya memerintahkan semua umat Nasrani Latin (Katolik) untuk meninggalkan Yerusalem. Umat Nasrani Ortodoks, yang bukan tentara Perang Salib, dibiarkan tinggal dan beribadah menurut yang mereka pilih.

•Karen Armstrong menggambarkan penaklukan kedua kalinya atas Yerusalem ini dengan kata-kata berikut ini:

Pada tanggal 2 Oktober 1187, Salahuddin dan tentaranya memasuki Yerusalem sebagai penakluk dan selama 800 tahun berikutnya Yerusalem tetap menjadi kota Muslim.
Salahuddin menepati janjinya, dan menaklukkan kota tersebut menurut ajaran Islam yang murni dan paling tinggi.
Dia tidak berdendam untuk membalas pembantaian tahun 1099, seperti yang Al-Qur’an anjurkan (16:127),
dan sekarang, karena permusuhan dihentikan, ia menghentikan pembunuhan (2:193-194).

Palestina di masa Kekhilafahan Utsmaniyah
•Pada tahun 1514, Sultan Salim menaklukkan Al-Quds dan sekitarnya dan sekitar 400 tahun pemerintahan Ottoman di Palestina pun dimulai. Seperti di negara-negara Ottoman lainnya, masa ini menyebabkan orang-orang Palestina menikmati perdamaian dan stabilitas meskipun kenyataannya pemeluk tiga keyakinan berbeda hidup berdampingan satu sama lain.

•Setiap orang dengan keyakinan berbeda diizinkan hidup menurut keyakinan dan sistem hukumnya sendiri. Orang-orang Nasrani dan Yahudi, yang disebut Al-Qur'an sebagai Ahli Kitab, menemukan toleransi, keamanan, dan kebebasan, dan mendapatkan kedamaian dan keamanan sehingga mereka nyaman dalam aturan dan keadilan Islam.

•Negara-negara besar lainnya pada saat yang sama mempunyai sistem pemerintahan yang lebih kejam, menindas, dan tidak toleran.

•Spanyol tidak membiarkan keberadaan orang-orang Islam dan Yahudi di tanah Spanyol, dua masyarakat yang mengalami penindasan hebat. Di banyak negara-negara Eropa lainnya, orang Yahudi ditindas hanya karena mereka adalah orang Yahudi (misalnya, mereka dipaksa untuk hidup di kampung khusus minoritas Yahudi (ghetto), dan kadangkala menjadi korban pembantaian massal (pogrom).

•Orang-orang Nasrani bahkan tidak dapat berdampingan satu sama lain: Pertikaian antara Protestan dan Katolik selama abad keenambelas dan ketujuhbelas menjadikan Eropa sebuah medan pertempuran berdarah. Perang Tiga Puluh Tahun (1618-1648) adalah salah satu akibat pertikaian ini. Akibat perang itu, Eropa Tengah menjadi sebuah ajang perang dan di Jerman saja, 5 juta orang (sepertiga jumlah penduduknya) lenyap.

Makar dan Rekayasa Zionis
•Tahun 1917 : Deklarasi Balfour, Inggris memandang pentingnya pendirian di Palestina sebuah tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi Palestina.

•Para Zionis merasakan dirinya berada dalam keadaan yang sulit ketika banyak saudara-saudara Yahudi-nya menolak pindah ke Palestina, maka para Zionis-pun mulai terlibat dalam “kegiatan-kegiatan khusus” untuk “mendorong” pindahnya orang Yahudi ke Palestina, bahkan memaksa jika diperlukan, seperti mengganggu orang-orang Yahudi di negara-negara asalnya dan bekerja sama dengan para anti-Semit untuk meyakinkan bahwa pemerintah akan mengusir orang-orang Yahudi.
Dengan demikian, Zionisme mengembangkannya sebagai gerakan yang mengganggu dan menteror rakyatnya sendiri.

•1920-1929 : Sekitar 100.000 orang Yahudi pindah ke Palestina Jika kita merenungkan bahwa ada 750.000 orang Palestina pada saat itu, maka 100.000 pasti bukanlah jumlah kecil.

•Bersamaan dengan adanya peningkatan kekuasaan Partai Nazi, orang-orang Yahudi di Jerman menghadapi tekanan yang semakin meningkat, suatu perkembangan yang semakin mendorong perpindahan mereka ke Palestina. Kenyataan Zionis mendukung penindasan Yahudi ini adalah sebuah fakta, dan masih menjadi salah satu rahasia sejarah yang paling terpendam.

•1947 : 630.000 orang Yahudi dan 1,3 juta orang Palestina.

•Antara 29 November 1947, ketika Palestina diberi dinding pembatas oleh PBB, sampai dengan 15 Mei 1948, organisasi teroris Zionis mencaplok tiga perempat Palestina.
Selama masa itu, jumlah orang-orang Palestina yang tinggal di 500 kota besar, kota kecil, dan desa turun drastis dari 950.000 menjadi 138.000 akibat serangan dan pembantaian. Beberapa di antaranya terbunuh, beberapa terusir

Pembantaian Pembantaian Berikutnya
Buku harian seorang tentara Israel yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Davar dalam sebuah operasi untuk mengepung desa Palestina Ed-Dawayma pada tahun 1948:
–Mereka membunuh antara delapan puluh hingga seratus lelaki, wanita, dan anak-anak Arab. Untuk membunuh anak-anak, mereka (para tentara) mematahkan kepala mereka dengan tongkat. Tidak ada satu rumah pun tanpa mayat. Para wanita dan anak-anak di desa tersebut dipaksa tinggal di dalam rumah tanpa makanan dan air. Kemudian, para tentara datang untuk meledakkan mereka dengan dinamit.

•Pembantaian Deir Yassin, 1948: 254 tewas
–Jika tidak ada Deir Yassin, setengah juta orang Arab akan tetap tinggal di negara Israel Negara Israel tidak akan pernah ada.

•Pembantaian di Qibya, 1953: 96 tewas
–Teror menjadi sebuah senjata politik Nazi. Namun Nazi tidak pernah menggunakan teror dengan cara yang lebih berdarah dingin dan tanpa alasan seperti yang dilakukan Israel dalam pembantaian di Qibya.

•Setelah Perang 1967, Sharon menyebabkan 160.000 orang Palestina meninggalkan Yerusalem Timur dan menjadi pengungsi.
Teknik hukumannya meliputi pengeboman rumah, pembongkaran kamp pengungsi, dan penahanan ratusan pemuda tanpa alasan lalu menyiksa mereka.

•Ketika Sharon menjadi penanggung jawab keamanan di Jalur Gaza, ratusan orang Palestina dibunuh, ribuan ditahan dan diusir dari Palestina, dan di Gaza saja 2000 rumah telah dihancurkan dan 16.000 orang diusir untuk kedua kalinya.

•Pada saat pembantaian Sabra dan Shatilla (1982), 14.000 orang (termasuk 13.000 orang sipil tak bersenjata) meninggal di tempat itu dalam beberapa minggu, dan sekitar setengah juta orang kehilangan tempat tinggal.

Wahai kaum Muslimin...

Harga diri kita akan senantiasa diinjak-injak pada saat musuh-musuh Islam kehilangan rasa takutnya terhadap Muslimin.

”Hampir-hampir umat-umat (di luar kalian) mengerumuni kalian
sebagaimana orang-orang yang makan mengerumuni piring
hidangannya.” Ada yang bertanya kepada beliau: “Apakah disebabkan
jumlah kita sedikit pada saat itu?” Rasulullah SAW menjawab: “Bahkan
kalian pada hari itu jumlahnya banyak, akan tetapi kalian hanyalah buih
seperti buih yang dibawa air bah (banjir) dan sungguh Allah akan
mencabut dari dada-dada musuh kalian rasa segan (ketakutan) terhadap
kalian dan Allah akan lemparkan ke dalam hati-hati kalian al-wahn.”
Seseorang bertanya lagi: “Wahai Rasulullah, apakah al-wahn itu?”
”Cinta dunia dan takut mati,” jawab beliau.
(HR. Ahmad, 5/278 dan Abu Dawud no. 4297,)

Wahai kaum Muslimin…Bersatu lah…!

Derita ummat ini tidak akan mungkin diselesaikan oleh segelintir ummat saja.
Muslimin yang berbangsa-bangsa ini yang telah terpecah belah oleh nasionalisme & kapitalisme sesungguhnya merupakan satu ummat yang utuh dalam balutan ukhuwah yang erat.

Rasulullah saw. bersabda:
Perumpamaan orang-orang Mukmin di dalam hal kasih-sayang,
sikap welas-asih, dan saling mengasihi, seakan-akan seperti
tubuh yang satu. Jika (ada) anggota tubuh merasa sakit, maka
akan mengakibatkan seluruh tubuh merasa gelisah dan demam.

Mari kita bangkit bersatu
Bersama Tegakkan Izzatul Islam
Dengan menegakkan Syari’at Allah melalui
Daulah Khilafah Rasyidah
‘ala Minhajin Nubuwwah

3 komentar:

  1. perang salib terjadi karena umat kristen dilarang berjiarah ke yerusalem pleh penguasa mesir. bukan karena keinginan paus semata. harap penulis tidak melihat penyebab perang salib sebagai kegilaan paus semata



    COKIE :

    Sebelum perang salib, banyak ditulis dalam sejarah berbagai agama bahwa Islam, Yahudi dan Nasrani hidup damai berdampingan.

    BalasHapus

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com