Arti Syahadat

( BUKAN tidak ada TUHAN selain Allah ).

Kita ini sebetulnya orang Islam yang (kebetulan) hidup di Indonesia ataukah orang Indonesia yang (kebetulan) beragama Islam?

Bagaimana sebenarnya mendudukkan masalah ini secara proporsional? Mana yang benar: "Kita ini sebetulnya orang Islam yang (kebetulan) hidup di Indonesia ataukah orang Indonesia yang (kebetulan) beragama Islam?"..

INDONESIA BANGKRUT, INI SALAH SATU PENYEBABNYA

Kalau dulu Indonesia dijajah Belanda pake pasukan, kapal perang, dan persenjataan, Dan setelah menang, Belanda baru bisa ngeruk kekayaan alam. Tapi sekarang itu nggak perlu pake pasukan. Untuk bisa mengeruk kekayaan Indonesia itu cukup pake uang kertas. Kalo kita lihat sekarang ini kan Rupiah jatuh terus, kalo nggak salah sekarang 1 dollar sudah 13.300, anjlok terus. Kenapa ?.

Kecurangan Bank Dalam Kredit KPR

Sejak awal bisnis bank adlh hasil kreasi para “money lenders”. Jd jgn kaget jika sampai saat ini, praktek lintah darat masih melekat. Bagaimana bank melakukan praktek lintah darat pd nasabahnya? Salah satunya adalah dg melakukan “kreasi” terhadap bunga kredit..

Penghargaan Islam Terhadap Buruh dan Pekerja

Islam sebagai agama rahmat bagi semesta alam, sangat memperhatikan hak asasi manusia, sekalipun dia seorang budak. Para sahabat yang pernah membantu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, baik budak maupun orang merdeka, semua merasa puas dengan sikap baik yang beliau berikan. Inilah potret ideal yang bisa dijadikan contoh muamalah antara majikan dengan pembantunya, antara pimpinan dengan pekerjanya.

Minggu, 26 Agustus 2012

PELUANG BISNIS DI BULAN PERTAMA TEGAKNYA DAULAH KHILAFAH

Daulah Khilafah itu unpredictable.. tegaknya bisa aja tahun depan, bulan depan, atau bahkan besok.

Tegaknya sudah pasti. Cuma tanggalnya memang belum dikasih tahu.

Sekedar informasi, tegaknya khilafah tak hanya bikin keuntungan berupa kedamaian, keamanan, ketenteraman. Tapi juga kesejahteraan. Di samping kesejahteraan dalam bentuk makro, tegaknya khilafah juga akan membuka berbagai peluang bisnis ekonomi mikro bagi para pengusaha yang jeli. Berikut, adalah beberapa peluang bisnis yang bisa dijalankan di bulan awal tegaknya khilafah:

Tantangan-Tantangan Potensial Pasca Berdirinya Khilafah

Oleh : Ir. H. Muhammad Ismail Yusanto, M.M.


khilafah1. Khilafah Sudah Dekat


Walaupun umat Islam seluruh dunia kini masih tertindas dipenjara sistem sekuler yang kufur, indikasi-indikasi kembalinya Khilafah semakin jelas. Kembalinya Khilafah kini bukan lagi sebatas harapan yang diliputi keraguan seperti halnya tahun 50-an atau 60-an abad lalu, namun telah menjadi keniscayaan yang tidak dapat dihindari lagi. Keniscayaan itu bagaikan kepastian datangnya sinar fajar yang terbit setelah malam yang hitam. Bukankah fajar pasti akan tiba, setelah malam yang gelap gulita?

Indiasi-indikasi dekatnya Khilafah itu antara lain ditunjukkan oleh fakta-fakta berikut : Pertama, umat semakin sadar akan keislamannya. Jika dulu umat tertipu dengan ide-ide Barat seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan demokrasi, kini mereka telah sadar. Pada tahun 2005, Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, telah memfatwakan haramnya ide sekularisme, pluralisme, liberalisme. Jadi ide-ide itu telah dipahami sebagai ide-ide kafir yang bertentangan dengan Islam seratus persen.


Kedua, umat telah menginginkan Khilafah. Jika dulu saat hancurnya Khilafah tahun 1924 umat kurang menunjukkan sikap yang seharusnya, yakni berani mati untuk mengembalikan Khilafah, kini sikap mereka lain. Mereka kini merindukan Khilafah, menjadikan Khilafah sebagai masalah utama (al-qadhiyah al-mashiriyah), dan karenanya bersedia mati di jalannya. Di berbagai negeri Islam misalnya Palestina, Iraq, Afghanistan, dan di Uzbekistan, terbukti tak sedikit generasi umat ini yang rela mengorbankan nyawa demi Khilafah.


Ketiga, umat telah menginginkan persatuan. Jika di pertengahan abad 20-an umat banyak terkecoh dengan nasionalisme dan patriotisme sebagai slogan kemerdekaan dari penjajahan, kini mereka telah sadar. Nasionalisme telah disadari menjadi pemecah belah persatuan umat Islam seluruh dunia melalui lebih dari 50-an nation-state.


Keempat, umat telah mengetahui musuh-musuhnya. Jika sebelumnya umat menganggap negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) sebagai dewa penolong atau negara sahabat, kini umat insyaf. Kebiadaban AS terhadap umat Islam di Afghanistan, Irak, dan Palestina, juga di Guantanamo dan Abu Ghraib, lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa AS dan negara-negara kapitalis lainnya adalah negara penjajah dan musuh umat yang nyata.


Kelima, Amerika Serikat kini jatuh dalam kesulitan. Sebelumnya umat memandang AS sebagai negara super power yang hebat dan tak terkalahkan. Tapi kini umat sudah sadar. Berbagai kekalahan atau kesulitan AS di Afghanistan, Irak, termasuk kekalahan memalukan Israel yang didukung penuh oleh AS di Lebanon pada musim panas 2006, membuktikan AS tidaklah sekuat yang dimitoskan.


Keenam, wibawa penguasa telah jatuh di mata umat. Jika sebelumnya umat percaya penguasa mereka adalah pelindung mereka, kini umat telah membuang kepercayaan itu. Para penguasa itu kini telah disadari sebagai para pengkhianat dan agen-agen penjajah yang kafir, khususnya AS. Umat Islam Indonesia misalnya, semakin paham posisi Presiden SBY, setelah yang bersangkutan menerima George W. Bush yang kafir dengan penuh hormat, padahal umat Islam Indonesia menolak Bush mentah-mentah.


Berdasarkan tanda-tanda itu, kembalinya Khilafah bukanlah sesuatu yang jauh, melainkan sudah dekat. Maka fokus perjuangan mengembalikan Khilafah sesungguhnya bukan lagi memperkenalkan apa itu Khilafah, atau menjelaskan wajibnya Khilafah kepada umat –meski semua aktivitas ini tetap wajib dilakukan-- sebab semua pemikiran dasar ini telah tertanam dalam hati dan pikiran umat. Fokus kita sekarang adalah terus berusaha melakukan thalabun nushrah (seeking the power) untuk memperoleh kekuasaan dan memikirkan dengan serius tantangan-tantangan yang akan terjadi pasca berdirinya Khilafah nanti.


2. Optimisme Menghadapi Tantangan

Jumat, 24 Agustus 2012

Bendera dan Panji Umat Islam

 

Bender&saudarakudiPalestin

bendera besar

Risalah ini adalah tulisan yang diketik ulang dari sebuah buku yang sangat bernilai tinggi, buku yang telah menjelaskan dengan mengagumkan bagaimana seharusnya seorang Muslim menjunjung tinggi bendera dan panjinya, dan menyungkurkan bendera dan panji lainnya.

Kitab yang dalam bahasa arabnya berjudul “al-‘Alamu Nabawiy asy-Syariif wa Tathbiqatihi al-Qadimatu wa al-Ma’ashiratu” ini telah diterjemahkan oleh al-Ustadz Syamsuddin Ramadhan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “BENDERA NABI SAW” dan diterbitkan oleh Pustaka Thariqul Izzah tahun 2003.

Kitab ini hasil buah karya yang mendalam dari Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Muhammad bin Sa’ad al-Hujailiy, beliau adalah Dosen bersama pada kuliah Syari’ah; Jurusan Peradilan dan Politik Pemerintahan di Universitas Islamiyyah Madinah Munawarah.

Buku ini terdiri dari delapan bab ditambah halaman Persembahan dan Mukadimah. Ada yang membuat saya sedikit tergetar ketika membaca halaman persembahan buku ini. Syaikh Dr. ‘Abdullah bin Muhammad bin Sa’ad al-Hujailiy secara spesial mempersembahkan buku yang amat mulia ini kepada ‘para pembawa panji dan bendera di negeri-negeri Islam yang telah menunaikan tugasnya menjaga panji dan bendera secara sempurna tanpa pernah berkurang’, pertanyaannya, siapakah mereka? Apakah anda pernah membawa panji dan bendera yang dimaksud Syaikh al-Hujailiy? Kalau benar, berarti panji dan bendera seperti apa yang anda jaga?

Tulisan ini secara keseluruhan akan menjelaskan seperti apakah seharusnya bendera dan panji Umat Islam yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga akan tergambar dengan jelas di benak kaum muslimin, siapakah yang telah mengangkat bendera yang benar, dan siapakah yang telah lalai dengan mengangkat bendera yang tidak pernah dicontohkan Rasul saw dalam sunnah-nya. Semoga kita semua dibukakan hatinya untuk bisa menetapi sunnah dalam hal bendera ini, dan disadarkan dari kelalaian kita yang selama ini menjunjung tinggi bendera yang hina, bendera yang telah menyekat-nyekat kaum muslimin ke dalam lebih dari 50 firqoh, bendera yang telah memutuskan rasa peduli kita terhadap saudara-saudara kita nun jauh disana yang tengah tersakiti oleh para penjajah kafir maupun penguasa yang dzolim.

Berikut ini salinan ulang dari buku “BENDERA NABI SAW” mulai dari haalman 36 sampai 40, selamat menikmati:

Banyak Hadits dan atsar telah menjelaskan kepada kita tentang warna bendera (liwaa’) Nabi saw, bentuk, dan karakteristiknya. Di dalamnya juga dijelaskan warna, bentuk, dan karakteristik panji-panji Rasulullah saw.

Berikut ini akan dipaparkan hadits-hadits yang menuturkan tentnag warna bendera dan panji. Hadits-hadits ini telah dikelurakan oleh ‘ulama-ulama ahli hadits dalam kitab-kitab mereka.

Pertama : Warna putih untuk bendera (liwaa’)

1. Dari Ibnu ‘Abbas ra, ia berkata:

<<kaanat rooyatu rosuuuliLlahi Shallallahu ‘alaihi wa sallam saudaa a, wa liwaa u huu abyadho>>
Raayahnya (panji) Rasul saw berwarna hitam, sedangkan benderanya (liwa’nya) berwarna putih.
Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Ibnu Abbas ini, dikeluarkan dari :

  • Imam Tirmidzi dalam kitab Jami’nya: IV/197, no. 1681, dikomentarinya sebagai hadits hasan gharib;

  • Imam Ibnu Majah dalam Sunannya: II/941, no. 2818;

  • Imam Thabrani dalam Mu’jamul Ausath: I/77, no. 219;

  • Mu’jam al-Kabir: XII/207, no. 12909;

  • Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak: II/115, no. 2506/131, Dikatakan dalam at-Talkhish (Yazid dha’if);

  • Imam al-Baihaqi dalam Sunannya: VI/363 (lihat Fath al-Baariy: VI/126);

  • Imam Abu Syaikh dalam kitabnya Akhlaq an-Nabi saw, halaman 153, No. 420/421;

  • Imam Baghawi dalam Syarh Sunnah: X/404, no. 2664;

  • Imam al-Haitsami dalam Majmu’ az-Zawaaid: V/321, dikatakan, Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Thabrani, didalamnya terdapat Hibban bin Andullah, Adz-Dzahabi berkomentar, dia adalah majhul sedang para perawi Abu Ya’la lainnya adalah tsiqah;

  • Berkata as-Shalihi asy-Syaami dalam sirah Nabi saw (Subulul Huda wa ar-Rasyad) ‘Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi sanadnya bagus, sedangkan melalui Thabrani perawinya shahih kecuali Hibban bin Ubaidillah dari Baridah dan Ibnu Abbas’: VII/271;

  • Dikeluarkan oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh kota Damaskus: IV/223 dengan teks berasal dari Ibnu Abbas yang dikatakannya: ‘Rayahnya RasuluLLah saw adalah berwarna hitam, sedangkan liwa’-nya berwarna putih’. Disebutkan pula melalui jalur lain (IV/24), lihat juga Mukhtasharnya: I/352. Berkata Syaikh Syu’aibal Arnauth dalam Hamsysyarh Sunan al-Baghawiy bahwa sanadnya hasan. Tirmidzi juga meng-hasan-kannya;

  • Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220;

  • Umdatul Qaari-nya al-‘Aini: XII/47;

  • Misykah al-Mashabih-nya Tibriziy: II/1140.


2. Dari Abu Hurairah, ia berkata:

<<Kaanat rooyatu rasuuliLlahi shallahu ‘alaihi wa sallam saudaa a, wa liwaa u huu abyadho>>
Panji RasuluLlah saw (raayat) berwarna hitam, sedangkan liwa’nya berwarna putih.

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Abu Hurairah ra ini, dikeluarkan dari :

  • Dikeluarkan oleh Abu Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi pada halaman 154, no. 421 dan halaman 256, no. 427;

  • Dikeluarkan juga oleh Ibnu Asakir dalam Tarikh kota Damaskus dengan teks (Telah menceritakan kepada kami Abu al-Qasim al-Khadlr bin Hussain bin Abdillah bin ‘Abdan, dari Abu Abdullah Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Mubarak al-Farra, dari Abu Muhammad Abdullah bin Hussain bin Abdan, dari Abdul Wahhab al-Kilabi, dari Sa’id bin Abdul Aziz al-Halabiy, dari Abu Nu’aim Abid bin Hisyam, dari Khalid bin Umar, dari al-Laits bin Sa’ad, dari Yazid bin Abi Hubaib, dari Abi al-Khair, dari Abu Hurairah, berkata : ‘Rayahnya Nabi saw dari secarik beludru yang ada di tanagn Aisyah, ditanyakan kepadanya (bahwa Aisyah) yang memotongnya, dan liwa beliau berwarna putih..’ (al-hadits).

  • Juga melalui jalur lain dikatakan: “Telah menceritakan kepada kami Abu al-Qasim as-Samarqandiy, dari Kahlid bin Amru, dari Laits, dari Yazid bin Abi Hubaib, dari Abi al-Khair Murtsid bin Yazid, dari Abu Hurairah, bunyi haditsnya sama dengan sebelumnya.

  • Ibnu Hajar berkata dalam Fath al-Baariy: ‘Telah dikeluarkan oleh Ibnu Adi dari haditsnya Abu Hurairah’: VI/127;

  • Juga berita tersebut dalam al-Kamil-nya Ibnu Adi: III/31, yang diterjemahkan oleh Khalid al-Qurasyiy;

  • Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220;

  • Umdatul Qaari-nya al-‘Aini: XII/47;


3. Dari ‘Abdullah bin Buraidah dari Bapaknya: Abu Qasim bin ‘Asakir berkata: “telah meriwayatkan kepada kami Abu al-Qasim Zahir bin Thahir asy-Syahaamiy, dan Abu al-Mudzfar bin al-Qasyiiriy, keduanya berkata, “Telah mengabarkan kepada kami, Abu Sa’ad al-Junzuruudiy, telah mengabarkan kepada kami, Abu ‘Amru bin Hamdaan, telah mengabarkan kepada kami Abu Ya’la al-Mushiliy, telah mengabarkan kepada kamiIbrahim bin al-Hujjaj, telah mengabarkan kepada kami Hibban bin ‘Ubaidillah –tambahan dari al-Qasyiiriy- Ibnu Hibban Abu zahiir, telah mengabarkan kepada kami Abu Majliz dari Ibnu ‘Abbas, Hayyan berkata, ‘Telah meriwayatakan kepada kami ‘Abdillah bin Buraidah dari bapaknya:

<<anna rosuulaLlahi shallallahu ‘alaihi wa sallam kaanat rooyatuhuu saudaa a, wa liwaau huu abyadho>>
Sesungguhnya, panji RasuluLlah saw (rayah) berwarna hitam, sedangkan liwa’nya berwarna putih.

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan ‘Abdillah bin Buraidah dari bapaknya ini, dikeluarkan dari :

  • Imam Abu Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi saw dan Adabnya, halaman 153, no. 420. Aku berkata: ‘Itu jalurnya sama dengan hadits yang sebelumnya, dari Ibnu Abbas, karena kadangkala Ibnu Abbas mengatakannya pada dirinya, kadangkala kepada Abdullah bin Buraidah, dari bapaknya, teksnya adalah: ‘Bahwa rayahnya RasuluLah saw berwarna hitam dan liwanya berwarna putih’.

  • Tarikh ad-Dimasysq: IV/224.

  • Imam Ibnu Hajar berkata dalam Fath a- Bariy: VI/127, Abi Ya’la dari haditsnya Buraidah;

  • Thabrani mengeluarkannya dalam Mu’jamul Kabir: XII/207, no. 12909;

  • Majmu’ al-Bahrain, Halaman 870;

  • Imam al-Iraqiy berkata dalam Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220, ‘Itu diriwayatkan oleh Abu Ya’al al-Mausuliy dalam musnadnya, dan Thabrani dalam Mu’jam al-Kabirnya dari hadits Buraidah’.


4. Dari Jabir ra (haditsnya marfu’) sampai kepada RasuluLlah saw:

<<annahuu kaana liwa uhuu yauma dakhola makkata abyadho>>
Bendera Nabi saw (liwaa’) pada saat masuk kota Makkah berwarna putih

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan Jabir ra ini, dikeluarkan dari :

  • Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya: III/72, no. 2592;

  • Al-Mukhtashar: VII/406, no. 2480.

  • Teks menurut Tirmidzi: IV/195, no. 1679, berkata: ‘Dari Jabir bin Abdullah, ‘Bahwasanya Nabi saw masuk ke kota Makkah pada saat hari penaklukan dengan liwanya berwarna putih’.

  • Imam Ibnu Hibban dalam Shahihnya (al-Ihsan): XI/47, no. 4743, berkata al-Arnauth: ‘Haditsnya hasan dengan dua orang saksi’.

  • Imam an-Nasa’i: VI/200, no. 6869 dalam bab Haji, dan no. 106 dalam bab Masuk kota Makkah;

  • Imam al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra-nya: VI/362;

  • Imam al-Baghawiy dalam Syarh as-Sunnah: X/403;

  • Al-Hakim dalam al-Mustadraknya: IV/115, no. 2505, dikatakannya: ‘Hadits ini shahih dengan syarat muslim meski beliau tidak mengeluarkannya, tetapi dia menyaksikan haditsnya Ibnu Abbas ra’.;

  • Imam al-Haitsami dalam Majmu’ az-Zawaaid : V/321, dikatakannya: ‘Diriwayatkan oleh Thabrani dengan tiga orang, terdapat juga dalam Sunan-nya bahwa liwa itu putih’.;

  • Lihat jugaat-Talkhish al-Hubair-nya Ibnu Hajar: I/98;

  • Umdatul Qaari-nya al-‘Aini: XII/47;

  • Misykah al-Mashabih-nya Tibriziy: II/1140.


5. Dari ‘Aisyah ra, ia berkata:

<<Kaana liwaa u rosuuliLlahi shallallahu ‘alaihi wa sallam abyadho>>
Liwaa’nya Nabi saw berwarna putih

Takhrij Hadits, Rayah menurut penuturan ‘Aisyah ra ini, dikeluarkan dari :

  • Imam al-Baghawiy dalam Syarh as-Sunnah: X/404, no. 2665;

  • Abu Syaikh dalam Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu pada halaman 154, no. 422, Halaman 156, no. 428;

  • Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannif-nya: VI/533, no. 336111;

  • Imam al-Iraqiy berkata dalam Tharh at-Tatsrib Syarh at-Tarqib: VII/220: ‘Itu diriwayatkan oleh Abu Syaikh bin Hibban dari Haditsnya Aisyah.’


6. Dari Ibnu ‘Umar ra, beliau berkata:

<<anna rosuulaLlahi shallallahu ‘alaihi wa sallam kaana idzaa ‘aqoda liwaa an, ‘aqodahu abyadhu, wa kaana liwaa u rosuuliLlahi shallallahu ‘alaihi wa sallam abyadho>>
Tatkala Rasulullah saw memasangkan benderanya, beliau memasangkan bendera (liwaa’) yang berwarna putih

Hadits dari Ibnu ‘Umar ra ini dikeluarkan Abu Syaikh dalam kitab Akhlaq an-Nabi wa Adabuhu, halaman 155, no. 423.

7. Rasyid bin Sa’ad telah menceritakan sebuah riwayat dari RasuluLlah saw:

<<kaanat royaatu rasuuliLlahi shallallahu ‘alaihi wa sallam saudaa a wa liwaa uhuu abyadho>>
Panji (raayah) Nabi saw berwarna hitam, sedangkan liwa’-nya berwarna putih

Rayah menurut penuturan Rasyid bin Sa’ad ini ada dalam kitab as-Sair al-Kabir karya Imam asy-Syaibani: I/71.

Kedua : Warna Hitam untuk Panji (Raayah)

(Nantikan di “Bendera dan Panji Umat Islam (2)“, walau sebenarnya sudah terlalu jelas, tapi ndak apa-apa, biar tambah mantap, Insya Allah, do’akan saya)

(Hanif al-Falimabnai, Yogyakarta, 13 Mei 2007; 09.30pm WIB)

 

bnedera_crop

MuslimInggris

Bender&saudarakudiPalestin

 
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com