Oleh : Kaab as-Sidani
Pada sekitaran awal tahun 2011 umat Islam disibukkan dengan isu yang menghantam “citra” dienullah. Kasus itu adalah penyerangan gereja di temanggung oleh beberapa ormas Islam akibat pembelaan mereka terhadap izzah Islam ini yang diinjak-injak oleh sekelompok umat Nasrani yang terlalu berani. Walhasil, terjadi kerusakan yang cukup parah dan oleh beberapa pihak dianggap sebagai pemcorengan terhadap nama baik Islam.
Media-media sekuler saat itu beramai-ramai memberitakan muharrik-muharrik yang terkait kasus ini. Mungkin bisa dikatakan bahwa media-media sekuler ini menjadikan kasus ini sebagai bahan olok-olok dan pencitraan yang buruk bagi harakah-harakah Islam seperti FPI, JAT dan lain sebagainya. Dan olok-olok ini menjadi sajian utama dalam barang jualan mereka. Pemutaran pita video yang berulang-ulang menjadi ajang cuci otak bagi masyarakat untuk menciptakan indoktrinasi bahwa harakah-harakah Islam adalah radikalis, fundamentalis yang tidak mendapat tempat di bumi nusantara ini.
Hingga akhirnya tiba pada tanggal 11 September 2011, tepat pada momentum 10 tahun serangan penuh berkah WTC. Pada hari itu sebagian umat Islam di tanah manise Ambon diserang ketenangannya oleh kaum obet. Ada masjid yang terbakar dan tidak sedikit korban meninggal dari kalangan kaum muslimin. Namun anehnya, media sekuler kurang tertarik untuk memberitakan isu ini. Bahkan siapa pelakunya, dan siapa korbannya, nampak tidak jelas jika menilik pada pemberitaan media-media sekuler.
Harga Sebuah Masjid
Masjid yang dimaksud di sini adalah masjid umat Islam, bukan masjid milik jemaat Ahmadiyah. Sebab lain akibatnya jika rumah ibadah kaum macam ini atau gereja-gereja. Belum dibakar, baru